Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

Gen Santri Adalah Pejuang

Mendekati tanggal 22 Oktober yang diperingati sebagai Hari Santri, penulis terpikir untuk menghadirkan penggalan makalah yang berisi tentang sejarah pesantren dan perjuangan para santri dan kiayi di masa penjajahan. Berikut adalah penggalan makalah yang pernah penulis buat dengan beberapa penyesuaian untuk dipublish juga di website www.baiturrahman.com .  Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan umat Islam tertua yang telah mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Dalam catatan sejarah, bahkan pondok pesantren telah berdiri jauh sebelum Indonesia merdeka. Dikatakan bahwa ketika para pendakwah Islam abad ke-14 sampai ke-15, yang kita kenal dengan walisongo, mereka mendakwahkan Islam salah satunya dengan membangun lembaga pendidikan berupa pondok pesantren. Tercatat bahwa Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu, Kebumen, berdiri sejak tahun 1475 (abad ke-15 M) yang didirikan oleh Syaikh As-Sayyid Abdul Kahfi Al-Hasani. Beliau adalah salah seorang sayyid (keturunan Nabi Muhammad ﷺ yang b

Mendidik Seperti Merawat Pohon

  Fatimah adalah seorang anak perempuan kecil yang beradab, oleh karena itu ayah dan ibunya mencintainya. Ia juga perempuan cerdas, suka bertanya tentang segala sesuatu yang ia tidak mengerti. Pada suatu hari ia berjalan-jalan bersama ibunya di kebun, maka ia melihat pohon mawar yang sangat indah, akan tetapi pohon itu bengkok. Maka Fatimah bertanya: "Betapa indah pohon ini! Akan tetapi mengapa ia bengkok wahai ibu?" Sang ibu menjawab: "Karena Tukang Kebun tidak memperhatikan serta tidak meluruskannya semenjak dari kecilnya, maka jadilah ia bengkok." Fatimah berkata: "Lebih baik, kita meluruskannya saja sekarang." Maka ibunya tertawa dan berkata: "Tidak Mudah yang demikian itu wahai Anakku, karena ia sudah tumbuh besar, dan ranting-rantingnya pun sudah kuat.” Demikianlah seorang anak yang tidak beradab dari kecilnya, tidak mungkin ia beradab pada waktu ia telah besar. Kisah singkat di atas adalah penggalan dari kitab Al-Akhlaq Al-Banat jilid per

I'tikaf Ramadhan 1444 H

Lailatul Qadr atau malam kemuliaan adalah malam yang lebih baik dibanding 1000 bulan. Demikianlah Allah menjelaskannya dalam Al-Quran. Sehingga, orang yang beribadah di malam itu walau hanya satu rakaat shalat, walah hanya satu huruf Al-Quran, maka itu lebih baik dibanding 30.000 kali diulang (1000bulan x 30hari).  Malam ini hanya terjadi satu kali dalam satu tahun. Maka kalau kita memiliki 360 malam dalam satu tahun, rasanya wajar kita merelakannya 10 malam saja untuk meraih keuntungan yang lebih baik dan lebih indah dibanding 1000 bulan. Masalahnya adalah kita tidak tahu malam keberapa lailatul qadr itu hadir. Oleh karena itulah, Rasulullah ﷺ melaksanakan I’tikaf di masjid di malam-malam akhir Ramadhan, agar tidak terlewat mendapatkan lailatul qadr. Secara Bahasa I’tikaf اعتكاف adalah masdar dari اعتكف يعتكف artinya menetap di satu tempat. Sedangkan secara istilah syar’i I’tikaf adalah ‏الإقامة في المسجد بنية العبادة أو التفرغ للعبادة فقط‏ .   " Berdiam diri di masjid deng

TILAWAH AL-QURAN

Dalam kitab Majalis Ramadhaniyah, Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa tilawah (membaca) Al-Quran itu ada dua jenis: 1. Tilawah Lafzhiyah. Yaitu membaca lafazh-lafazh Al-Quran. 2. Tilawah hukmiyah. Yaitu membenarkan/mempercayai khabar-khabarnya, menjalankan hukumnya, melaksanakan perintah-perintahnya, dan menjauhi larangan-larangannya. Kedua jenis tilawah di atas masing-masing memiliki kemuliaannya. Adapun salah satu kemuliaan atau keutamaan tilawah lafzhiyah adalah sebagaimana disampaikan Sahabat Ibnu Mas'ud, bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم   satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.”  (HR. Tirmidzi) Maka bisa dibayangkan betapa besar kebaikan yang didapatkan saat membaca Al-Quran. Baru membaca “al-basmalah” saja sudah mendapat 190 kebai

Adab Shaum Yang Mustahab

Diantara adab shaum yang mustahab (dianjurkan) adalah: Makan sahur Menyegerakan berbuka Memperbanyak dzikir, tilawah, doa, shalat, dan shadaqah Menghadirkan rasa bersyukur telah dimudahkan melaksanakan dan menyempurnakan shaum di tahun ini Sumber: Majalis Syahri Ramadhan, karya Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, rahimahullah. Halaman 83-91, cetakan Muassasah Asy-Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin Al-Khairiyah

YUK Semangat Tarawih

Qiyam Ramadhan adalah shalat malam di bulan Ramadhan. Dia memiliki keutamaan yang besar, sebagaimana puasa, yaitu diampuni dari segala dosa. Nabi ﷺ bersabda: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ “Barang siapa shalat malam di bulan ramadhan dengan keimanan dan ihtisab, maka dosa-dosanya pasti diampuni.” (HR Bukhari dan Muslim, dari sahabat mulia Abu Hurairah) Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin mengatakan:  وقيام رمضان شامل للصلاة في أول الليل وآخره. وعلى هذا فالتراويح من قيام رمضان. فينبغي الحرص عليها والاعتناء بها واحتساب الأجر والثواب من الله تعالى عليها. وما هي إلا ليال معدودة ينتهزها المؤمن العاقل قبل فواتها "dan Qiyam Ramadhan mencakup shalat pada permulaan dan akhir malam. Berdasar ini, shalat tarawih masuk dalam qiyam Ramadhan. Sehingga sudah selayaknya untuk antusias menjalankannya dengan berharap pahala dan balasannya dari Allah ﷻ . Dan qiyam ramadhan hanya beberapa malam saja, maka seorang mukmin yang berakal pa

Makna Imanan & Ihtisaban

Dari Abu Hurairah a Nabi Muhammad ﷺ bersadba:  مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ  “Barang siapa puasa di bulan ramadhan dengan keimanan dan ihtisab, maka dosa-dosanya pasti diampuni.” (HR Bukhari dan Muslim)  Apa makna dengan keimanan dan ihtisab? Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan dalam bukunya "Majalis Syahri Ramadhan." Imanan yaitu dilandasi keimanan kepada Allah dan ridha/rela terhadap kewajiban puasa atas dirinya. Ihtisaban Yaitu berharap ganjaran dan pahala dari Allah semata. Tidak membenci kewajiban puasa, dan tidak ragu terhadap ganjaran dan pahalanya.  Dr Ali bin Yahya Al-Haddadiy, memberikan komentar terhadap hadits ini di halaman webnya https://www.haddady.com :  Tidak bermanfaat amal shaleh seseorang, kecuali ketika dilandasi iman kepada Allah ﷻ , dan mencari balasan dari-Nya, subhanahu wata’ala. Adapun orang yang melaksanakannya tanpa iman, sebagaimana orang-orang munafiq, atau orang yang melaksanaka

Memasuki Ramadhan. Perhatikan Kata-Kata

Memasuki Ramadhan, SEDIKITKAN BICARA TANPA MAKNA, APALAGI PERKATAAN PORNO! Karena Nabi kita yang mulia, shallallahu 'alaihi wasallam, bersabda:  ليس الصيام من الأكل والشرب، إنما الصيام من اللغو والرفث  "Puasa itu bukan sekedar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi puasa itu menahan diri dari PERKATAAN LAGHWAH DAN RAFATS " (HR Ibnu Majah dan Hakim. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Tarhib wa Tarhib 1082)  Apa itu perkataan LAGHWAH? Perkataan LAGHWAH adalah perkataan yang sia-sia, tanpa makna, tidak memberi kebaikan di dunia apalagi di akhirat.  Apa itu perkataan RAFATS? Perkataan RAFATS adalah kiasan untuk aktifitas hubungan seksual, berkata jorok, porno, atau segala sesuatu yang mengarah kepada aktifitas tersebut.  Semoga Allah membimbing kita untuk mendapatkan kebaikan ramadhan. Karena kalau tidak mendapatkan kebaikan di bulan ini, lalu kapan lagi?   #ramadhankareem #ramadhan2023 #ramadhan #رمضان_كريم

TUNDUKKAN PANDANGAN -2

Ketika mata terbiasa menikmati yang haram, maka dia tidak bisa menikmati yang halal, paling tidak kenikmatannya terhadap yang halal akan berkurang. Sampai pada level tertentu dia akan terhalang dari pandangan-pandangan yang mulia. Inilah siksaan yang sering tidak disadari. Ketika istri sudah tidak lagi terlihat cantik, tidak lagi menggairahkan, sementara dia bisa menikmati video-video pendek di layar handphonenya memandang dan menikmati perempuan-perempuan yang meliuk-liukkan tubuhnya. Ketika membaca Al-Quran terasa melelahkan, padahal baru 10 menit saja sudah bosan, sementara dia betah berjam-jam membaca caption foto-foto dan video wanita yang tidak halal baginya. Maka ketahuilah, bahwa mata yang terhalang dari yang halal, mata yang terhijab dari kebaikan, ITU ADALAH SALAH SATU BENTUK HUKUMAN DAN SIKSAAN. Namun kadang tidak kita sadari. Naudzubillah Simak kembali kisah seorang laki-laki yang mengeluhkan istrinya kepada Al-Imam Asy-Syafii. Dia merasa istrinya sudah tidak cantik lagi. M

Menundukkan Pandangan

Ketika Allah ﷻ memerintahkan untuk menundukkan pandangan baik kepada mukmin laki-laki maupun perempuan, Allah menutup ayat pertama dengan kalimat “Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” Dan di ayat kedua Allah ﷻ menutupnya dengan kalimat: “Maka bertaubatlah kalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” Menundukkan pandangan memang sebuah akhlaq yang mudah diucapkan namun tidak sederhana untuk dilakukan. Bahkan bisa saja seseorang mengumbar pandangan, melihat hal-hal yang diharamkan tanpa diketahui orang lain. Ketika di kamar sendirian, di kantor sendirian, atau di tempat-tempat yang tidak terpantau orang lain akan sangat besar dorongan syaitan untuk mengumbar pandangan. Bahkan di tempat-tempat umum sekalipun mata bisa dengan mudah berkhianat melirik kepada hal-hal yang diharamkan. Ketika jeratan syaitan sudah berhasil menjerumuskan, bahkan ada yang berani membuka video haram di ruang sidang yang mulia. Naudzubillahi min dzalika. Mak

Memuliakan Majelis Ilmu

Diantara cara memuliakan majelis ilmu adalah dengan MEWANGIKANNYA. Hadir di majelis ilmu dengan tubuh yang bersih, segar, wangi, tentu akan lebih baik dibanding yang hadir alakadarnya. Terlebih ketika belajar ilmu yang berkaitan langsung dengan syari'at kita ini, seperti Ilmu Al-Quran; Hadits: Aqidah; Fiqih; dan sebagainya.  Salah seorang guru saya, hafizhahullah, semasa pandemi ketika majelis ilmu saat itu masih via zoom (kami menyebutnya mulazoomah , plesetan dari mulazamah ), Beliau mengharuskan kami, murid-muridnya, tetap tampil bersih menjaga wudhu dan berfarfum. Meskipun tidak tercium oleh guru atau murid yang lain, karena kami berjauhan di tempat masing-masing, namun wewangi yang dipakai itu menunjukkan pengagungan hati para murid terhadap majelis ilmu yang sedang berlangsung. Aroma tubuh Nabi kita yang mulia, shallallahu alaihi wa sallam, itu wangi. Bahkan mungkin kita pernah membaca atau mendengar riwayat ibunya Anas bin Malik menampung keringatnya Nabi karena wangi. Namun

Murajaah

Murajaah, istilah yang digunakan para penuntut ilmu ketika mereka mengulang pelajaran. Murajaah menjadi sebuah upaya penting dalam menjaga ilmu agar tetap mudah dipanggil dalam ingatan ketika dibutuhkan. Mereka yang sering memurajaah hafalan Al-Quran akan lebih mutqin (kuat) hafalannya. Sebaliknya ketika seorang penghafal Al-Quran sudah mulai meninggalkan murajaah, maka sedikit demi sedikit kekuatan hafalannya akan luntur. Bahkan pada kondisi terburuk, ketika dia berusaha mengulang hafalannya seperti saat dia menghafal untuk kedua kalinya (ziadah tsaniyah).   Penting bagi para guru untuk menghadirkan perasaan sedang murajaah saat mengajar. Karena dengan mengajar sebetulnya para guru sedang mengasah lagi, dan lagi, dan lagi, pelajaran yang pernah disimaknya ketika menjadi murid. Perasaan ini juga untuk membantu guru menghadirkan penghargaan kepada murid-muridnya. Secara tidak langsung, sebetulnya guru membutuhkan murid sebagaimana murid membutuhkan guru. Dengan adanya murid, dia bisa me

Mental Layak Dijajah

Malik Bin Nabi, seorang penulis, filosof sekaligus insinyur asal Al-Jazair, mengatakan bahwa gerbang masuk imperialisme adalah mental layak dan rela dijajah yang Beliau sebut dengan Al-Qaabiliyah li Al-Isti'mar . Mental ini membuka diri terhadap serangan penjajahan dari kebudayaan atau peradaban luar. Di masa-masa menjelang runtuhnya kekhilafahan Turki Utsmani, penyakit ini menjangkiti para pemuda Islam di Turki. Sultan Abdul Hamid II menuturkan dalam memoarnya (مذكرات السلطان عبد الحميد الثاني), Generasi muda Turki sangat terbuka dan bangga dengan peradaban Barat. Sehingga mereka merasa mendapat berkah ketika bisa mengidentikkan diri dengan wajah Barat, di saat yang bersamaan mereka merasa kerdil dan rendah diri sebagai muslim. Manusia-manusia bermental seperti inilah yang kelak mempersiapkan jalan dan membukakan pintu bagi para agresor untuk meruntuhkan kekhalifahan Turki Utsmani yang sudah lebih dari 600 tahun lamanya menjadi rumah besar kaum muslimin. Tidak dipungkiri bahwa dun