Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2023

Menundukkan Pandangan

Ketika Allah ﷻ memerintahkan untuk menundukkan pandangan baik kepada mukmin laki-laki maupun perempuan, Allah menutup ayat pertama dengan kalimat “Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” Dan di ayat kedua Allah ﷻ menutupnya dengan kalimat: “Maka bertaubatlah kalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” Menundukkan pandangan memang sebuah akhlaq yang mudah diucapkan namun tidak sederhana untuk dilakukan. Bahkan bisa saja seseorang mengumbar pandangan, melihat hal-hal yang diharamkan tanpa diketahui orang lain. Ketika di kamar sendirian, di kantor sendirian, atau di tempat-tempat yang tidak terpantau orang lain akan sangat besar dorongan syaitan untuk mengumbar pandangan. Bahkan di tempat-tempat umum sekalipun mata bisa dengan mudah berkhianat melirik kepada hal-hal yang diharamkan. Ketika jeratan syaitan sudah berhasil menjerumuskan, bahkan ada yang berani membuka video haram di ruang sidang yang mulia. Naudzubillahi min dzalika. Mak

Memuliakan Majelis Ilmu

Diantara cara memuliakan majelis ilmu adalah dengan MEWANGIKANNYA. Hadir di majelis ilmu dengan tubuh yang bersih, segar, wangi, tentu akan lebih baik dibanding yang hadir alakadarnya. Terlebih ketika belajar ilmu yang berkaitan langsung dengan syari'at kita ini, seperti Ilmu Al-Quran; Hadits: Aqidah; Fiqih; dan sebagainya.  Salah seorang guru saya, hafizhahullah, semasa pandemi ketika majelis ilmu saat itu masih via zoom (kami menyebutnya mulazoomah , plesetan dari mulazamah ), Beliau mengharuskan kami, murid-muridnya, tetap tampil bersih menjaga wudhu dan berfarfum. Meskipun tidak tercium oleh guru atau murid yang lain, karena kami berjauhan di tempat masing-masing, namun wewangi yang dipakai itu menunjukkan pengagungan hati para murid terhadap majelis ilmu yang sedang berlangsung. Aroma tubuh Nabi kita yang mulia, shallallahu alaihi wa sallam, itu wangi. Bahkan mungkin kita pernah membaca atau mendengar riwayat ibunya Anas bin Malik menampung keringatnya Nabi karena wangi. Namun

Murajaah

Murajaah, istilah yang digunakan para penuntut ilmu ketika mereka mengulang pelajaran. Murajaah menjadi sebuah upaya penting dalam menjaga ilmu agar tetap mudah dipanggil dalam ingatan ketika dibutuhkan. Mereka yang sering memurajaah hafalan Al-Quran akan lebih mutqin (kuat) hafalannya. Sebaliknya ketika seorang penghafal Al-Quran sudah mulai meninggalkan murajaah, maka sedikit demi sedikit kekuatan hafalannya akan luntur. Bahkan pada kondisi terburuk, ketika dia berusaha mengulang hafalannya seperti saat dia menghafal untuk kedua kalinya (ziadah tsaniyah).   Penting bagi para guru untuk menghadirkan perasaan sedang murajaah saat mengajar. Karena dengan mengajar sebetulnya para guru sedang mengasah lagi, dan lagi, dan lagi, pelajaran yang pernah disimaknya ketika menjadi murid. Perasaan ini juga untuk membantu guru menghadirkan penghargaan kepada murid-muridnya. Secara tidak langsung, sebetulnya guru membutuhkan murid sebagaimana murid membutuhkan guru. Dengan adanya murid, dia bisa me

Mental Layak Dijajah

Malik Bin Nabi, seorang penulis, filosof sekaligus insinyur asal Al-Jazair, mengatakan bahwa gerbang masuk imperialisme adalah mental layak dan rela dijajah yang Beliau sebut dengan Al-Qaabiliyah li Al-Isti'mar . Mental ini membuka diri terhadap serangan penjajahan dari kebudayaan atau peradaban luar. Di masa-masa menjelang runtuhnya kekhilafahan Turki Utsmani, penyakit ini menjangkiti para pemuda Islam di Turki. Sultan Abdul Hamid II menuturkan dalam memoarnya (مذكرات السلطان عبد الحميد الثاني), Generasi muda Turki sangat terbuka dan bangga dengan peradaban Barat. Sehingga mereka merasa mendapat berkah ketika bisa mengidentikkan diri dengan wajah Barat, di saat yang bersamaan mereka merasa kerdil dan rendah diri sebagai muslim. Manusia-manusia bermental seperti inilah yang kelak mempersiapkan jalan dan membukakan pintu bagi para agresor untuk meruntuhkan kekhalifahan Turki Utsmani yang sudah lebih dari 600 tahun lamanya menjadi rumah besar kaum muslimin. Tidak dipungkiri bahwa dun