Langsung ke konten utama

Ketika Presiden Terpilih Tak Sesuai Harapan


Komisi Pemilihan Umum (KPU) melaksanakan penetapan calon terpilih pada hari ini, Rabu 24/4/2024, setelah Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan hasil sidang terkait sengketa Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 pada hari senin, 22/4/2024. Dalam hasil sidang sengketa pemilu tersebut, hakim MK memutuskan menolak gugatan kubu 01 dan 03. Dengan demikian, maka keputusan hasil pemilu kembali pada keputusan KPU dengan kemenangan pasangan Prabowo-Gibran sebagai presiden dan wakil presiden masa jabatan 2024-2029. Keputusan ini tentu memiliki dampak yang signifikan bagi masyarakat dan para pemilih. Bagi para pendukung paslon 01 dan 03, tentu keputusan ini cukup berat diterima. Namun saya sangat bangga melihat paslon 01 dan 03 yang dengan legowo menerima hasil putusan MK yang diumumkan senin malam itu.

Dalam pembahasan kitab-kitab aqidah, para ulama ahlussunnah waljamaah memasukkan pembahasan bagaimana sikap seorang muslim saat menghadapi kenyataan ketika pemimpin negerinya tidak sesuai harapannya. Syariat ini mengatur bagaimana interaksi rakyat dengan pemimpinnya. Bahkan ketika pemimpinnya melakukan kezaliman, syariat mulia ini mengajarkan setiap muslim untuk tetap menunaikan hak para pemimpin sebagaimana diajarkan oleh nabi kita Muhammad . Maka dalam konteks muslim Indonesia, ketika presiden terpilih saat ini tidak sesuai harapan, pada saat itu seorang muslim diuji apakah dia tetap berpegang pada aqidah yang benar atau malah menyimpang dan mengambil sikap yang bertentangan dengan syariat.

Lalu bagaimana tuntunan syariat dalam masalah ini? Berikut adalah diantara rambu-rambu syariah terkait hak-hak pemimpin yang harus ditunaikan oleh setiap muslim:

Pertama: Tetap Mentaati Pemimpin Selama Bukan Dalam Kemaksiatan

Diantara wasiat Rasulullah , bahkan wasiat ini disifati dengan wasiat perpisahan yang sangat penting untuk diperhatikan, sebagaimana disampaikan oleh sahabat Mulia Irbadh bin Sariyah (radhiallahu ‘anhu), yang tercantum juga dalam hadits arbain an-Nawawi no: 28

عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ الْعِرْبَاضِ بِنْ سَارِيَةَ رضي الله عنه قَالَ: وَعَظَنَا رَسُولُ اللهِ مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُبُ, وَذَرَفَتْ مِنْهِا الْعُيُونُ, فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللهِ, كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ, فَأَوْصِنَا, قَالَ:” أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّوَجَلَّ, وَالسَّمْعِ وَالطَّاعةِ, وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ, فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا, فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّينَ, عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ, وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ, فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةً ضَلاَلَةٌ.” رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ, وَقَالَ:حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.

Dari Abu Najih Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: ‘Rasulullah pernah memberikan nasehat kepada kami dengan sebuah nasehat yang menyebabkan hati bergetar dan air mata berlinang, lalu kami berkata: ‘Ya Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat orang yang akan berpisah, maka berilah kami wasiat! Beliau bersabda: ”Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat (kepada penguasa) meskipun kalian diperintah oleh seorang budak Habasyi. Dan sesungguhnya siapa di antara kalian yang masih hidup sepeninggalku niscaya ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian, dan hati-hatilah kalian dari perkara yang diada-adakan, karena setiap bid'ah adalah sesat.” (HR. Tirmidzi dan dia berkata bahwa hadits ini hasan shahih)

Senada dengan hadits di atas, Abu Dzar al-Ghifari juga pernah berkata:

إِنَّ خَلِيلِي أَوْصَانِي أَنْ أَسْمَعَ وَأُطِيعَ وَإِنْ كَانَ عَبْدًا مُجَدَّعَ الْأَطْرَافِ

“Sesungguhnya kekasihku (Rasulullah ﷺ) berwasiat kepadaku agar aku mendengar dan taat (kepada pemimpin) sekalipun dia seorang budak dari Habasyah yang pesek hidungnya.” (HR Muslim: 648, dan Ibnu Majah: 2862)

Dua hadits di atas, dan banyak hadits lainnya yang senanda namun tidak mungkin dicantumkan semua dalam tulisan singkat ini,  mengajarkan kepada kita agar tetap mendengar dan taat pada perintah atau program-program yang digulirkan oleh pemerintah. Sehingga apapun program pemerintah yang digulirkan ke depan, maka menjadi kewajiban para rakyatnya untuk mendukung dan taat mengikutinya. Oleh karena itu, tidak benar jika ada yang tidak mendukung program pemerintah dengan alasan dia tidak memilih paslon tersebut saat pemilu.

Ketaatan terhadap pemimpin merupakan ketaatan yang terikat, bukan ketaatan secara mutlak. Sehingga ketaatan kepada pemimpin hanya dalam hal-hal yang ma’ruf saja, tidak termasuk taat dalam maksiat. Allah berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ ‌أَطِيعُواْ ‌ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ

“Wahai sekalian orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul serta ulil amri kalian.” (QS. An-Nisa’: 59)

Ayat di atas menempatkan ketaatan kepada pemimpin setelah taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka ini menjadi kaidah, menurut para ulama, bahwa ketaatan kepada pemerintah wajib, selama perintah dan programnya sejalan dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya, jika perintah dan programnya bertentangan dengan ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya, maka tidak boleh mendengar dan taat. Rasulullah bersabda:

عَلى المَرْءِ المُسْلِم السَّمْعُ والطَّاعَةُ فِيما أَحَبَّ وكَرِهَ، إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَإذا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلا سَمْعَ وَلا طاعَةَ

“Wajib bagi seorang muslim untuk mendengar dan taat dalam perkara yang dia sukai atau dia tidak sukai, kecuali kalau diperintahkan untuk melakukan maksiat. Apabila diperintahkan untuk berbuat maksiat tidak ada ketaatan.  (HR. Bukhari dan Muslim)

Kedua: Bersabar Ketika Melihat yang Tidak Disukai

Rasulullah ﷺ mengajarkan kaidah luar biasa ketika seorang muslim melihat perkara yang tidak disukai dari pemimpinnya.  Mungkin bisa berupa ketidaksukaan terhadap pribadinya, perilakunya, fisiknya, kata-katanya, perintah-perintahnya, dan sebagainya.  Selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syariat, maka kembali pada kaidah pertama di atas, yaitu mendengar dan taat. Beliau ﷺ bersabda: 

مَن رَأَى من أمِيرِهِ شيئًا يَكْرَهُهُ فلْيَصْبِرْ عليه ، فإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الجَماعةَ شِبْرًا فَمَاتَ، إِلَّا ماتَ مِيتةً جَاهِلِيَّةً

“Barang siapa melihat sesuatu yang dia benci dari pemimpinnya, hendaklah dia bersabar atasnya. Sungguh siapa pun yang melepaskan diri sejauh satu jengkal saja dari jamaah kaum muslimin lantas dia mati maka kematiannya itu adalah keadaan mati jahiliah.” (HR. Al-Bukhari, no. 70854; Muslim, no. 1849; dan Ahmad, 1:275)

Ketiga: Doakan Kebaikannya

Mendoakan kebaikan pemimpin adalah akhlaq para salafus shaleh. Karena kebaikan pemimpin merupakan modal untuk mendapatkan kebaikan umum yang besar, baik untuk rakyat maupun negara. Fudhail bin ‘Iyadh berkata:

لو أن لي دعوة مستجابة ما صيرتها إلا في الإمام

“Seandainya aku memiliki doa yang mustajab, aku akan tujukan doa tersebut pada pemimpinku.”

Adapun perilaku mencerca dan mengutuk pemimpin, itu adalah cerminan masyarakat dan pemimpin yang buruk sebagaimana disabdakan Nabi ﷺ:

خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ لَا مَا أَقَامُوا فِيكُمْ الصَّلَاةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلَاتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلَا تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ

“Sebaik-baik pemimpin adalah yang mencintai kalian dan kalian pun mencintai mereka, serta mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka. Adapun sejelek-jelek pemimpin adalah yang membenci kalian dan kalian pun membenci mereka, serta mereka mengutuk kalian dan kalian pun mengutuk mereka." Beliau ditanya, "Wahai Rasulullah, apakah kami boleh memerangi mereka?" Beliau  bersabda, "Tidak, selagi mereka mendirikan shalat bersama kalian. Jika kalian melihat sesuatu yang tidak baik dari pemimpin kalian, bencilah tindakannya tetapi jangan melepas ketaatan kalian terhadap mereka.” (HR. Muslim: 1855)

Maka sangat indah lantunan-lantunan doa yang sering dibacakan para khatib jumat di negeri-negeri kaum muslimin, yang doa tersebut juga penting untuk dipanjatkan dan diaminkan oleh jamaah shalat jumat di negeri kita. Diantara doa tersebut adalah:

اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِيْ أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْ مَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِيْ رِضَاكَ، وَارْزُقْهُ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ النَاصِحَةَ الََّتِيْ تُعِيْنُهُ عَلَى الْخَيْرِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

"Ya Allah, berilah kami keamanan di negeri-negeri kami. Jadikanlah pemimpin kami dan para pemegang urusan kami orang yang baik (sholeh). Jadikanlah loyalitas kami untuk orang yang takut kepada-Mu, bertakwa kepada-Mu, dan mengikuti keridhaan-Mu, ya Rabbal ‘alamin. Ya Allah, berikanlah taufik kepada pemimpin kami untuk menempuh jalan petunjuk-Mu, jadikanlah sikap dan perbuatan mereka sesuai ridha-Mu, dan karuniai mereka teman dekat yang baik untuk mereka, yang membantunya dalam kebaikan, ya Rabbal ‘alamin."

Epilog

Penting bagi setiap muslim untuk meyakini bahwa terpilihnya Pak Prabowo-Gibran dalam kontestasi pemilu 2024 merupakan takdir Allah. Allah telah menuliskan takdir ini sejak 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Dan setiap muslim perlu meyakini bahwa pasti ada hikmah pada setiap takdir Allah. Karena Allah menakdirkan sesuatu dilandasi keluasan ilmu-Nya yang tak terbatas. Hanya kadang manusia saja yang belum bisa memahami kebaikan di balik takdir yang menimpanya. Maka sikap menerima dan tetap bertaqwa kepada Allah dalam menyikapi hasil pemilu 2024 ini adalah yang terbaik yang bisa dilakukan.

Diantara ketaqwaan dalam menerima keputusan pemilu ini adalah dengan menjaga rambu-rambu syariah terhadap pemimpin sebagaimana sudah disebutkan di atas. Kemudian penting bagi kita menjaga lisan dan tangan kita untuk tidak mencerca, mengutuk, atau mendoakan keburukan bagi pemimpin. Karena hal tersebut akan semakin memperburuk kondisi bangsa kita. Nasihat dan doa kebaikan itu akan lebih bermanfaat bagi pemerintah dan rakyat Indonesia yang mayoritas umat Islam.

Ingatlah bahwa Indonesia adalah termasuk negeri yang dihuni oleh umat Islam terbanyak di dunia ini. Berdasarkan data dari World Population Review, jumlah umat Islam di Indonesia per-Maret 2024 mencapai 236 juta jiwa. Jumlah yang sangat banyak. Maka artinya, kebaikan Indonesia akan dirasakan oleh 236 juta muslimin, demikian juga sebaliknya, keburukan Indonesia akan dirasakan oleh 236 juta jiwa muslimin. 

Semoga Allah memberikan taufiq-Nya kepada kita untuk tetap berkontribusi positif bagi negeri ini, khususnya untuk kaum muslimin yang menjadi penghuni terbanyak di NKRI ini.


Ciparay, 24 April 2024

@adenihermawan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memasuki Ramadhan. Perhatikan Kata-Kata

Memasuki Ramadhan, SEDIKITKAN BICARA TANPA MAKNA, APALAGI PERKATAAN PORNO! Karena Nabi kita yang mulia, shallallahu 'alaihi wasallam, bersabda:  ليس الصيام من الأكل والشرب، إنما الصيام من اللغو والرفث  "Puasa itu bukan sekedar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi puasa itu menahan diri dari PERKATAAN LAGHWAH DAN RAFATS " (HR Ibnu Majah dan Hakim. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Tarhib wa Tarhib 1082)  Apa itu perkataan LAGHWAH? Perkataan LAGHWAH adalah perkataan yang sia-sia, tanpa makna, tidak memberi kebaikan di dunia apalagi di akhirat.  Apa itu perkataan RAFATS? Perkataan RAFATS adalah kiasan untuk aktifitas hubungan seksual, berkata jorok, porno, atau segala sesuatu yang mengarah kepada aktifitas tersebut.  Semoga Allah membimbing kita untuk mendapatkan kebaikan ramadhan. Karena kalau tidak mendapatkan kebaikan di bulan ini, lalu kapan lagi?   #ramadhankareem #ramadhan2023 #ramadhan #رمضان_كريم

Gen Santri Adalah Pejuang

Mendekati tanggal 22 Oktober yang diperingati sebagai Hari Santri, penulis terpikir untuk menghadirkan penggalan makalah yang berisi tentang sejarah pesantren dan perjuangan para santri dan kiayi di masa penjajahan. Berikut adalah penggalan makalah yang pernah penulis buat dengan beberapa penyesuaian untuk dipublish juga di website www.baiturrahman.com .  Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan umat Islam tertua yang telah mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Dalam catatan sejarah, bahkan pondok pesantren telah berdiri jauh sebelum Indonesia merdeka. Dikatakan bahwa ketika para pendakwah Islam abad ke-14 sampai ke-15, yang kita kenal dengan walisongo, mereka mendakwahkan Islam salah satunya dengan membangun lembaga pendidikan berupa pondok pesantren. Tercatat bahwa Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu, Kebumen, berdiri sejak tahun 1475 (abad ke-15 M) yang didirikan oleh Syaikh As-Sayyid Abdul Kahfi Al-Hasani. Beliau adalah salah seorang sayyid (keturunan Nabi Muhammad ﷺ yang b

I'tikaf Ramadhan 1444 H

Lailatul Qadr atau malam kemuliaan adalah malam yang lebih baik dibanding 1000 bulan. Demikianlah Allah menjelaskannya dalam Al-Quran. Sehingga, orang yang beribadah di malam itu walau hanya satu rakaat shalat, walah hanya satu huruf Al-Quran, maka itu lebih baik dibanding 30.000 kali diulang (1000bulan x 30hari).  Malam ini hanya terjadi satu kali dalam satu tahun. Maka kalau kita memiliki 360 malam dalam satu tahun, rasanya wajar kita merelakannya 10 malam saja untuk meraih keuntungan yang lebih baik dan lebih indah dibanding 1000 bulan. Masalahnya adalah kita tidak tahu malam keberapa lailatul qadr itu hadir. Oleh karena itulah, Rasulullah ﷺ melaksanakan I’tikaf di masjid di malam-malam akhir Ramadhan, agar tidak terlewat mendapatkan lailatul qadr. Secara Bahasa I’tikaf اعتكاف adalah masdar dari اعتكف يعتكف artinya menetap di satu tempat. Sedangkan secara istilah syar’i I’tikaf adalah ‏الإقامة في المسجد بنية العبادة أو التفرغ للعبادة فقط‏ .   " Berdiam diri di masjid deng