Nama menjadi identitas seseorang. Dengan nama itulah seorang manusia akan dikenal dan dipanggil. Baik buruknya panggilan kita adalah bergantung pada, salah satunya, nama kita. Seorang yang bernama Zani (bhs. Arab) akan selalu dipanggil sebagai pezina, sekalipun dia tidak pernah berzina. Pertanyaannya adalah relakah kita apabila anak kita dipanggil dengan panggilan-panggilan yang jelek gara-gara kita salah memberikan nama? Dengan demikian, saya pikir, keliru kalimat pendek dari Shakespear yang sering ditirukan banyak orang, “apalah arti sebuah nama.” Saya pikir inilah satu bukti bahwa masyarakat kita mengalami gegar budaya. Asalkan berasal dari Barat, mau positif mau negatif, langsung mereka terima tanpa penolakan sedikitpun.
Sebagai seorang muslim, tentu saya sangat mengidolakan Rasulullah. Dalam hal pemberian nama, Rasulullah SAW telah bersabda: “ Sesungguhnya kalian akan diseru pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama ayah kalian, maka perbaguslah nama kalian” (HR Abu Daud dan Ibnu Hibban). Rasulullah pernah mengganti nama putri Umar bin Khathab yang asalnya ‘Ashiyah (yang berdosa) menjadi Jamilah (yang cantik). Demikian penting sebuah nama dalam pandangan Rasulullah saw.
Hari ketujuh Anak kami yang ke-2.
Alhamdulillah kemarin, Jumat 14 Oktober 2011, tepat di hari ketujuh kelahiran anak kami yang ke-2 telah dilaksanakan sunnah-sunnah yang pernah dicontohkan dan disabdakan Nabi tercinta. Telah dipotongkan seekor domba aqiqahnya (baca Risalah Aqiqah). Telah dicukur pula kepalanya, sekaligus bershadaqah dengan perak seberat rambut bayi. Dan telah diberikan sebuah nama yang menjadi doa dan harapan kami sebagai orang tuanya. Nama tersebut adalah: Rufaidah Rafi’atul ‘Izzah {رفيدة رفيعة العزة}
Rufaidah, kami ambil dari seorang sahabat Nabi dari kalangan Anshar, Rufaidah binti Saad Al Aslamia. Dia adalah salah satu dari 75 orang Yatsrib yang pertama memeluk Islam. Rufaidah adalah anak seorang Dokter dari Yatsrib. Dari bapaknya itulah dia belajar merawat dan mengobati orang sakit. Rufaidah tercatat sebagai sahabat dari golongan perempuan yang aktif mengikuti berbagai peperangan, sebagai tenaga medis. Dia merawat para mujahidin yang terluka di perang Badar, Uhud, Khandaq. Bahkan Rufaidah menjadi trainer bagi sahabat-sahabat perempuan lainnya dalam perang Khaibar. Dia mentraining sahabat-sahabat perempuan lainnya merawat mujahidin yang terluka.
Rafi’atul ‘Izzah adalah menjadi khabar (kaidah bhs arab) bagi Rufaidah. Rafi’atu berarti “ketinggian”, di muannatskan karena anak kami perempuan. Sedangkan Al ‘Izzah adalah “kehormatan,” “kemuliaan,” yang menjadi mudhaf ilaih dari Rafiatu. Rafi’atul ‘Izzah berarti perempuan yang memiliki ketinggian kehormatan (terjemah versi bebas oleh ayahnya).
Ada yang berkomentar bahwa kami ingin anak kami kelak menjadi dokter atau perawat. Komentar ini tidak salah sebetulnya. Namun harapan tertinggi kami dari nama Rufaidah Rafi’atul ‘Izzah ini adalah agar anak memiliki karakter seperti Rufaidah binti Saad. Dia memiliki sense menolong yang sangat kuat. Rufaidah juga menjadi salah satu sosok yang memperkuat barisan jihad, dari kalangan perempuan. Adapun Rafi’atul ‘Izzah adalah doa kami agar anak ini memiliki ‘Izzah, memiliki ketinggian kehormatan, kemuliaan, kegemilangan. Karena seorang ibu yang memiliki kehormatan tinggilah yang akan melahirkan anak berakhlaq tinggi dan berkemampuan tinggi. Amin
Sebagai seorang muslim, tentu saya sangat mengidolakan Rasulullah. Dalam hal pemberian nama, Rasulullah SAW telah bersabda: “ Sesungguhnya kalian akan diseru pada hari kiamat dengan nama kalian dan nama ayah kalian, maka perbaguslah nama kalian” (HR Abu Daud dan Ibnu Hibban). Rasulullah pernah mengganti nama putri Umar bin Khathab yang asalnya ‘Ashiyah (yang berdosa) menjadi Jamilah (yang cantik). Demikian penting sebuah nama dalam pandangan Rasulullah saw.
Hari ketujuh Anak kami yang ke-2.
Alhamdulillah kemarin, Jumat 14 Oktober 2011, tepat di hari ketujuh kelahiran anak kami yang ke-2 telah dilaksanakan sunnah-sunnah yang pernah dicontohkan dan disabdakan Nabi tercinta. Telah dipotongkan seekor domba aqiqahnya (baca Risalah Aqiqah). Telah dicukur pula kepalanya, sekaligus bershadaqah dengan perak seberat rambut bayi. Dan telah diberikan sebuah nama yang menjadi doa dan harapan kami sebagai orang tuanya. Nama tersebut adalah: Rufaidah Rafi’atul ‘Izzah {رفيدة رفيعة العزة}
Rufaidah, kami ambil dari seorang sahabat Nabi dari kalangan Anshar, Rufaidah binti Saad Al Aslamia. Dia adalah salah satu dari 75 orang Yatsrib yang pertama memeluk Islam. Rufaidah adalah anak seorang Dokter dari Yatsrib. Dari bapaknya itulah dia belajar merawat dan mengobati orang sakit. Rufaidah tercatat sebagai sahabat dari golongan perempuan yang aktif mengikuti berbagai peperangan, sebagai tenaga medis. Dia merawat para mujahidin yang terluka di perang Badar, Uhud, Khandaq. Bahkan Rufaidah menjadi trainer bagi sahabat-sahabat perempuan lainnya dalam perang Khaibar. Dia mentraining sahabat-sahabat perempuan lainnya merawat mujahidin yang terluka.
Rafi’atul ‘Izzah adalah menjadi khabar (kaidah bhs arab) bagi Rufaidah. Rafi’atu berarti “ketinggian”, di muannatskan karena anak kami perempuan. Sedangkan Al ‘Izzah adalah “kehormatan,” “kemuliaan,” yang menjadi mudhaf ilaih dari Rafiatu. Rafi’atul ‘Izzah berarti perempuan yang memiliki ketinggian kehormatan (terjemah versi bebas oleh ayahnya).
Ada yang berkomentar bahwa kami ingin anak kami kelak menjadi dokter atau perawat. Komentar ini tidak salah sebetulnya. Namun harapan tertinggi kami dari nama Rufaidah Rafi’atul ‘Izzah ini adalah agar anak memiliki karakter seperti Rufaidah binti Saad. Dia memiliki sense menolong yang sangat kuat. Rufaidah juga menjadi salah satu sosok yang memperkuat barisan jihad, dari kalangan perempuan. Adapun Rafi’atul ‘Izzah adalah doa kami agar anak ini memiliki ‘Izzah, memiliki ketinggian kehormatan, kemuliaan, kegemilangan. Karena seorang ibu yang memiliki kehormatan tinggilah yang akan melahirkan anak berakhlaq tinggi dan berkemampuan tinggi. Amin
Komentar
Posting Komentar